Programmer makin malas di era AI

Kehadiran AI dalam dunia pemrograman tidaklah membuat para programmer menjadi ‘malas’, melainkan membuka peluang baru untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerjaan mereka. AI membantu dalam mengotomatisasi tugas-tugas yang repetitif dan memungkinkan programmer untuk fokus pada aspek-aspek yang lebih kreatif dan kompleks dari pengembangan perangkat lunak. Misalnya, algoritme pemrosesan cerdas dapat membantu dalam menemukan bug dengan cepat dan meningkatkan siklus pengembangan. Selain itu, AI juga berperan dalam pendidikan, dengan menyediakan alat-alat seperti penilaian otomatis dan pembelajaran adaptif yang dapat menyesuaikan pengalaman belajar bagi setiap siswa, sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, AI dapat dilihat sebagai alat yang memberdayakan programmer dan pendidik untuk mencapai hasil yang lebih baik dan inovatif. Penelitian yang pernah dilakukan dapat dilihat di sini (PDF) The Impact of Artificial Intelligence on Programmer Productivity (researchgate.net)

Namun demikian, kemalasan mungkin saja terjadi karena kita tidak lagi mau belajar dasar-dasar yang justru sangat penting. Banyak programmer mulai menggunakan AI padahal tidak memiliki pengetahuan dasar pemrograman. Walaupun, AI dapat membantu untuk memberi pengetahuan dasar tetapi runtutan proses pembelajaran terkadang dilupakan sehingga mengalami tantangan seperti:

  • Kesulitan untuk memahami kesalahan atau melalukan aktivitas troubleshooting atau pemecahan masalah.
  • Tidak memiliki pengetahuan yang lengkap mengakibatkan kode yang dihasilkan tidak efisien dalam performa atau kapabilitas jangka panjang.
  • Kode rentan bugs dikarenakan kode yang disusun belum dipastikan sesuai konteks dan kebutuhan

Singkat kata programmer pada saat menggunakan AI perlu berhati-hati, setidaknya programmer tersebut sudah membaca buku, mengikuti kursus, atau belajar di kelas. Pertanyaannya siapa yang terakhir baca buku pemrograman?

 

Leave a comment

Your email address will not be published.