Requirements elicitation (RE) adalah merupakan tahapan awal dalam requirements engineering dan merupakan tahapan krusial[1], [2], [3]. Kegagalan dalam RE sering terjadi karena masalah komunikasi dan kesalahan dalam memilih teknik elisitasi yang sesuai[4]. Keterlibatan anak secara langsung dalam proses elisitasi sering tidak dilakukan oleh pengembang. Keterbatasan kemampuan komunikasi menjadi alasan tidak dilibatkannya anak dalam proses elisitasi[5]. Alasan lain adalah waktu pembangunan yang pendek dan cepat juga menjadi tidak dilibatkannya anak secara langsung terutama pada pendekatan modern (agile). Penelitian pada metode agile terus mendapatkan minat dan dukungan terutama diarahkan untuk menyelidiki proses RE, sehingga dapat diterapkan secara efektif dengan teknik RE yang tetap mempertahankan prinsip-prinsip dasar dari teknik tersebut [6].
Pada pembangunan aplikasi pembelajaran anak, keterlibatan anak secara langsung sangat diperlukan terutama dalam proses RE. Hal tersebut dikarenakan anak memiliki karakteristik yang berbeda pada setiap level perkembangan usianya [7]. Perbedaan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap bentuk gaya belajar dan thinking skills level yang disajikan dalam aplikasi pembelajaran yang dibangun[8]. Permasalahan lain yang perlu diperhatikan saat proses RE adalah ketersediaan dokumentasi sebagai alat dalam melakukan verifikasi dan validasi requirements[9, 10]. RE framework yang ada saat ini belum dapat memberikan panduan secara lengkap ketika diterapkan pada pembangunan aplikasi pembelajaran anak. Kecenderungan requirements elicitation framework dibuat untuk orang dewasa [1],[11],[12]. Kondisi saat ini framework yang dibuat untuk anak cenderung berfokus hanya pada tahap desain dan pengujian aplikasi [13], [14], [15]. Pemilihan teknik elisitasi yang memerhatikan karakteristik anak diperlukan sehingga membantu tim elisitasi ketika melibatkan anak secara langsung dalam proses elisitasi. Alat elisitasi diperlukan juga untuk dapat memudahkan tim elisitasi dalam berkomunikasi dengan anak dan membantu mengarahkan aspek-aspek yang perlu digali pada aplikasi pembelajaran anak.
Pada Model REFCLA, teknik elisitasi telah ditentukan dengan menggunakan pendekatan faktor situasi konstektual. Hal itu dilakukan agar teknik yang ditentukan dari berbagai elemen tidak hanya berdasar pada kemampuan tim elisitasi saja. Pendekatan faktor situasi konstektual adalah pendekatan yang memerhatikan penentuan elisitasi berdasarkan elemen elicitor, informant, problem domain dan elicitation process[16]. Teknik elisitasi yang telah didapatkan juga dilengkapi dengan alat bantu agar proses elisitasi dapat dilakukan dengan baik dan benar. Alat bantu elisitasi yang dibangun dengan pendekatan persona. Pendekatan persona dipilih dengan alasan alat bantu dihasilkan sesuai dengan karakteristik anak sebagai pengguna aplikasi. Pada alat elisitasi juga dilengkapi dengan hasil dokumentasi dalam bentuk user requirements document (URD). Tujuannya agar proses dokumentasi dapat dilakukan secara langsung ketika proses pengambilan data dilakukan. Panduan URD dibuat dengan menyesuaikan aspek-aspek yang perlu ada dalam aplikasi pembelajaran anak. Kualitas URD yang dihasilkan juga diukur menggunakan requirements sentences quality (RSQ) dan requirements document quality (RDQ)[17].
Dalam model REFCLA, iterasi cukup dilakukan pada akitivitas elisitasi dan secara otomatisasi proses dokumentasi terbentuk, tetapi berbeda pada alur current framework. Pada current framework, proses iterasi terkadang perlu dilakukan dari teknik elisitasi sehingga memerlukan waktu yang lebih Panjang dan cenderung dokumentasi dilakukan secara manual. Kondisi tersebut tentunya tidak sesuai dengan konsep Agile-Scrum. Gambar 1 menjelaskan perbandingan alur dan penerapan RE current framework dengan REFCLA pada pendekatan metodologi Agile-Scrum.
Model REFCLA merekomendasikan teknik prototipe dan wawancara ketika melibatkan anak dalam proses elisitasi. Kedua teknik tersebut direkomendasikan karena memiliki rata-rata nilai tertinggi, yaitu 13,4 untuk prototipe dan 11,25 untuk wawancara. Alat bantu elisitasi yang dihasilkan dari persona anak adalah berupa aplikasi. Aplikasi elisitasi telah diujikan pada anak dan hasil pengukuran kepuasan pengguna mendapatkan nilai kepuasaan >= 80%. Validasi model REFCLA juga dilakukan dengan pendekatan eksperimental, dimana dilakukan perbandingan antara current framework hasil tahap eksplorasi dari beberapa pengembang dengan model REFCLA yang diusulkan. Pada tahap validasi REFCLA diberikan studi kasus tertentu dan dibangun sebuah skenario dengan melibatkan tiga tim ujicoba. Hasil perbandingan pengukuran waktu REFCLA dengan current framework dilakukan menggunakan pendekatan non-parametrik Wilcoxon dan didapatkan nilai P=0,003. Artinya bahwa perbandingan waktu yang dihasilkan memiliki perbedaan dan dapat disimpulkan bahwa REFCLA memiliki waktu lebih cepat T=1,35 detik dalam proses pengambilan data dari responden. Hasil pengukuran aplikasi elisitasi menggunakan Technology Acceptance Models (TAM) didapatkan nilai 87,4% yang menyatakan bahwa aplikasi memiliki penilaian positif untuk digunakan. URD yang dihasilkan secara otomatisasi dari aplikasi elisitasi memiliki penilaian kualitas cenderung berada dalam kriteria sangat setuju (80%- 100%) dan setuju (60%- 79,99%). Kesimpulannya bahwa URD dapat digunakan sebagai dokumentasi yang baik digunakan pada tahap RE. Dengan demikian REFCLA dapat diterapkan pada pendekatan modern yang memerlukan kecepatan dalam setiap iterasi perubahannya.
Referensi
[1] Bo C, Xiang-Wu M, Jun-Liang C. An Adaptive User Requirements Elicitation Framework. 31st Annu Int Comput Softw Appl Conf – Vol 2 – (COMPSAC 2007) 2007; 2: 501–502.
[2] Gottesdiener E. Requirements by collaboration: Getting it right the first time. IEEE Softw 2003; 20: 52–55.
[3] Hofmann HF, Lehner F. Requirements engineering as a success factor in software projects. IEEE Softw 2001; 18: 58–66.
[4] Davey B, Cope C. Requirements Elicitation – What’s Missing? Proc 2008 InSITE Conf; 5. Epub ahead of print 2008. DOI: 10.28945/3261.
[5] Nousiainen T. Children’s Involvement in the Design of Game-Based Learning Environments Cases Talarius and Virtual Peatland. Des Use Serious Games 2009; 37: 49–66.
[6] De Lucia A, Qusef A. Requirements engineering in agile software development. J Emerg Technol Web Intell 2010; 2: 212–220.
[7] Vatavu RD, Cramariuc G, Schipor DM. Touch interaction for children aged 3 to 6 years: Experimental findings and relationship to motor skills. Int J Hum Comput Stud 2015; 74: 54–76.
[8] Skiada R, Soroniati E, Gardeli A, et al. EasyLexia: A mobile application for children with learning difficulties. In: Procedia Computer Science. Elsevier Masson SAS, pp. 218–228.
[9] Davis A, Overmyer S, Jordan K, et al. Identifying and Measuring Quality in a Software Requirements Specification. In: Software Metrics Symposium, 1993. Proceedings., First International. 1993, pp. 141–152.
[10] Lamsweerde A Van. From System Goals to UML Models to Software Specifications. 2009. Epub ahead of print 2009. DOI: 10.1109/19.481329.
[11] Rana Y, Tamara A. An enhanced requirements elicitation framework based on business process models. Sci Res Essays 2015; 10: 279–286.
[12] Azadegan A, Papamichail KN, Sampaio P. Applying collaborative process design to user requirements elicitation: A case study. Comput Ind 2013; 64: 798–812.
[13] Sluis-Thiescheffer RJW, Bekker MM, Eggen JH, et al. Development and application of a framework for comparing early design methods for young children. Interact Comput 2011; 23: 70–84.
[14] Colombo L, Landoni M. A diary study of children’s user experience with eBooks using flow theory as framework. ACM Int Conf Proceeding Ser 2014; 135–144.
[15] Gelderblom H, Kotzé P. Designing technology for young children: What we can learn from theories of cognitive development. ACM Int Conf Proceeding Ser 2008; 338: 66–75.
[16] Carrizo D, Dieste O, Juristo N. Systematizing requirements elicitation technique selection. Inf Softw Technol 2014; 56: 644–669.
[17] F. Fabbrini, M. Fusani, S. Gnesi GL. Quality Evaluation of Software Requirement Specifications, http://citeseer.uark.edu:8080/citeseerx/viewdoc/summary;jsessionid=64C7FDDE2D00F418C3376EF997F6424E?doi=10.1.1.98.4333 (2001).
Editor |
Octi Wulandari |
Peneliti |
Mira Kania Sabariah, Paulus Insap Santosa, Ridi Ferdiana |
Tahun |
2021 |
Tautan Publikasi |
On review |